Cita-cita Kami PIMPIN Bandung

PIMPIN (Institut Pemikiran Islam dan Pembinaan Insan) Bandung

Ikhtiar Mencetak Ulama-Ilmuwan Muslim

PIMPIN berusaha membangkitkan kembali para Ilmuan muslim yang tangguh, siap menghadapi tantangan zaman melalui gerakan keilmuan.

Suatu hari, seorang pemuda cerdas berkelana. Hanya ilmu yang ia inginkan. Dengan penuh semangat, ia belajar kepada puluhan guru. Pada usia 17 tahun, ia sudah menjadi peneliti bidang astronomi. Dengan fasih ia menerangkan garis bujur dan Lintang kepada masyrakat. Tak lama berselang, usia 22 tahunia membuat sebuah proyeksi peta, kartografi. Sebuah sumbangsih besar untuk peradaban modern. Usia 27 tahun menyempurnakan dalam sebuah buku “Kronologi’. Setelah itu, ia terus berkarya memberikan sumbangih bagi umat. Ialah Al Biruni.

Al Biruni ialah seorang Ilmuwan besar Islam. Tak hanya masalah astronomi ia kuasai. Buku-bukunya tentang matematika, kedokteran, sejarah,sastra, dan lainnya ia kuasai. Orang-orang seperti Al Biruni ini tidak sendiri. Masih ada ratusan ilmuan yang juga ulama pada zamannya. Ada Al Kindi, Ibn Sina, Ibn Taimiyyah, Ibn Qayyim, Al Farabi, Ibn Khaldun, dan masih banyak lainnya.

Berabad-abad kemudian di Bandung, tahun 2009, lahirlah Institut Pemikiran dan Pembinaan Insan (PIMPIN), sebuah wadah komunitas yang bercita-cita ingin mengembalikan kejayaan Peradaban Islam di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, Prof. Wahn Mohd Daud, seorang intelektual muslim abad ini, turut hadir mendeklarasikan PIMPIN, selain para Pembina: Dr. Khalif Muammar, Dr. Adian Husaini (Ketua Program Studi Pemikiran Islam UIKA, Bogor, Adnin Armas, MA (Direktur Eksekutif INSIST), dan lainnya.
Selanjutnya, PIMPIN terus bergerak, menggelar megaproyek membentuk embrio-embrio Ilmuwan Muslim. Pelbagai training, dan workshop mulai digalakan dari kampus ke kampus seperti ITB, UI, Unikom, Unpad, ST Telkom, dan kampus-kampus lainnya.

“ Kami ingin menghimpun para ilmuwan untuk mengemban misi nabawi, yaitu misi tahriri-tanwiri-islahi (pembebasan-pencerahan-perbaikan). Kami berhasrat menggabungkan kekuatan para ilmuwan, dari berbagai bidang kepakaran, yang memiliki kerangka pemikiran dan worldview Islami yang jelas dan kukuh. Dengan harapan dapat memberi sumbangsih serta mewarnai pembinaan bangsa agar tampil sebagai bangsa mandiri, dan unggul yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,” ungkap Usep Mohamad Ishaq, aktivis Institut Pemikiran Islam dan Pembinaan Insan (PIMPIN) kepada Alhikmah medio Desember 2012 lalu.

PIMPIN berusaha membangkitkan kembali para Ilmuan muslim yang tangguh, siap menghadapi tantangan zaman melalui gerakan keilmuan. “Belajar dari sejarah peradaban besar dunia, khususnya peradaban Islam yang gemilang, maka dalam pandangan kami gerakan pencerahan dan keilmuan yang intensif merupakan kunci terjadinya perubahan dan kebangkitan (nahdah) sebuah masyarakat.”
Oleh karena itu, Usep menambahkan, berbekal bimbingan Alquran dan penelitian yang mendalam terhadap sejarah peradaban manusia, kami menyadari bahwa menyelamatkan dan membangun kembali bangsa ini perlu dimulai dengan gerakan keilmuan yang intensif, dipelopori oleh golongan ilmuwan otoritatif dan kompeten. Tujuannya tentu untuk mengkaji dan memberikan solusi bagaimana dan pada bagian mana perbaikan (islah) hakiki dan komprehensif dalam tubuh umat dapat dilakukan.
“Kurikulum yang digunakan dikembangkan utamanya dari buku ‘Islam dan Sekularisme’ karya Prof. Al-Attas. Karena bagi kami karya tersebut merupakan karya yang mengandung pokok-pokok penting yang harus ditanamkan untuk membentuk pola pikir seorang muslim,” kata Usep. Menurutnya, pembinaan mencetak ilmuan dimulai dengan membentuk pola pikir Islam yang benar.
Sebut saja, mahasiswa Fisika yang dengan ilmunya suatu saat diharapkan menjadi Ulama besar yang juga faham agama, tak hanya fiskanya saja. Seorang mahasiswa Kimia yang kelak menjadi ilmuan muslim kimia. Juga seorang mahasiswa ekonomi yang kelak akan menjad ekonom besar. Tak hanya ahli bidang tertentu saja, tetapi ahli dalam hal agama.
“Karena itu bagi kami, hal yang paling penting untuk dilakukan untuk membentuk insan yang baik adalah memperbaiki cara berfikirnya dan cara pandanganya, termasuk masalah cara pandang terhadap ilmu dan pendidikan. Perbaikan ini dilakukan melalui pendidikan dan penanaman konsep-konsep penting tentang ilmu, Tuhan, agama, pendidikan, kemajuan, pembangunan, dan lain-lain,” tegas Usep.
Walhasil, gerakan PIMPIN ini difokuskan kepada para pendidik. Tak lain ialah guru, mahasiswa, dosen, dan institusi-institusi pendidikan. Dari sanalah, diciptakan ilmuwan-ilmuwan muslim, seperti halnya zaman kegemilangan Islam. Bahwa pernah ada, seorang saintis yang juga Ulama. Seorang ilmuwan besar, tetapi juga ia seorang Ulama. Karena, hubungan Islam dan ilmu-lmu lainnya adalah saling mendukung.
“Dalam Islam, sains, dan ilmu lainnya ditempatkan dalam tempatnya yang wajar sesuai proporsinya, sesuai wilayahnya. Namun alqur’an dan al-Hadith merupakan sumber ilmu tertinggi yang juga diakui,” ugkapnya. Dengan bimbingan wahyu dan juga keahlian masing-masing, para pendidik berkumpul di PIMPIN Bandung.
Mahasiswa-mahasiswa dengang getol mempelajari Islam tetapi juga sains. Mempelajari politik, tetapi mepelajari juga bahasa arab. Semuanya saling mendukung. Kajian-kajian yang dilakukan PIMPIN di Kampus-Kampus agar semata-mata, para mahasiswa yang kelak menjadi pendidik dan praktis mampu membawa nilai Islam dalam setiap aktivitasnya.

“Melalui pendidikan seperti ini, dengan pertolongan Allah subhanahu wa Ta’ala, kita tidak akan terlampau khawatir meninggalkan generasi yang lemah dan ringkih; kita akan berani meninggalkan generasi penerus kita karena telah mewariskan kepada mereka sesuatu yang akan melindungi mereka di dunia dan akhirat,” Pungkas Usep. Aaminn. Kita doakan bersama-sama.
[rizkilesus]

Pimpin Bandung on Media :)

PIMPIN  (Institut Pemikiran Islam dan Pembinaan Insan) Bandung

Ikhtiar Mencetak Ulama-Ilmuwan Muslim 

PIMPIN berusaha membangkitkan kembali para Ilmuan muslim yang tangguh, siap menghadapi tantangan zaman melalui gerakan keilmuan.

Suatu hari, seorang pemuda cerdas berkelana. Hanya ilmu yang ia inginkan. Dengan penuh semangat, ia belajar kepada puluhan guru. Pada usia 17 tahun, ia sudah menjadi peneliti bidang astronomi. Dengan fasih ia menerangkan garis bujur dan Lintang kepada masyrakat. Tak lama berselang, usia 22 tahunia membuat sebuah proyeksi peta, kartografi. Sebuah sumbangsih besar untuk peradaban modern. Usia 27 tahun menyempurnakan dalam sebuah buku “Kronologi’. Setelah itu, ia terus berkarya memberikan sumbangih bagi umat. Ialah Al Biruni.

Al Biruni ialah seorang Ilmuwan besar Islam. Tak hanya masalah astronomi ia kuasai. Buku-bukunya tentang matematika, kedokteran, sejarah,sastra, dan lainnya ia kuasai. Orang-orang seperti Al Biruni ini tidak sendiri. Masih ada ratusan ilmuan yang juga ulama pada zamannya. Ada Al Kindi, Ibn Sina, Ibn Taimiyyah, Ibn Qayyim, Al Farabi, Ibn Khaldun, dan masih banyak lainnya. 

Berabad-abad kemudian di Bandung, tahun 2009, lahirlah Institut Pemikiran dan Pembinaan Insan (PIMPIN), sebuah wadah komunitas yang bercita-cita ingin mengembalikan kejayaan Peradaban Islam di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, Prof. Wahn Mohd Daud, seorang intelektual muslim  abad ini, turut hadir mendeklarasikan PIMPIN, selain para Pembina: Dr. Khalif Muammar, Dr. Adian Husaini (Ketua Program Studi Pemikiran Islam UIKA, Bogor,  Adnin Armas, MA (Direktur Eksekutif INSIST), dan lainnya. 
Selanjutnya, PIMPIN terus bergerak, menggelar megaproyek membentuk embrio-embrio  Ilmuwan Muslim. Pelbagai training, dan workshop mulai digalakan dari kampus ke kampus seperti ITB, UI, Unikom, Unpad, ST Telkom, dan kampus-kampus lainnya. 

“ Kami ingin menghimpun para ilmuwan untuk mengemban misi nabawi, yaitu misi tahriri-tanwiri-islahi (pembebasan-pencerahan-perbaikan). Kami berhasrat menggabungkan kekuatan para ilmuwan, dari berbagai bidang kepakaran, yang memiliki kerangka pemikiran dan worldview Islami yang jelas dan kukuh. Dengan harapan dapat memberi sumbangsih serta mewarnai pembinaan bangsa agar tampil sebagai bangsa mandiri, dan unggul yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,” ungkap Usep Mohamad Ishaq, aktivis Institut Pemikiran Islam dan Pembinaan Insan (PIMPIN) kepada Alhikmah medio Desember 2012 lalu.

PIMPIN berusaha membangkitkan kembali para Ilmuan muslim yang tangguh, siap menghadapi tantangan zaman melalui gerakan keilmuan. “Belajar dari sejarah peradaban besar dunia, khususnya peradaban Islam yang gemilang, maka dalam pandangan kami gerakan pencerahan dan keilmuan yang intensif merupakan kunci terjadinya perubahan dan kebangkitan (nahdah) sebuah masyarakat.” 
Oleh karena itu, Usep menambahkan, berbekal bimbingan Alquran dan penelitian yang mendalam terhadap sejarah peradaban manusia, kami menyadari bahwa menyelamatkan dan membangun kembali bangsa ini perlu dimulai dengan gerakan keilmuan yang intensif, dipelopori oleh golongan ilmuwan otoritatif dan kompeten. Tujuannya tentu untuk mengkaji dan memberikan solusi bagaimana dan pada bagian mana perbaikan (islah) hakiki dan komprehensif dalam tubuh umat dapat dilakukan. 
“Kurikulum yang digunakan dikembangkan utamanya dari buku ‘Islam dan Sekularisme’ karya Prof. Al-Attas. Karena bagi kami karya tersebut merupakan karya yang mengandung pokok-pokok penting yang harus ditanamkan untuk membentuk pola pikir seorang muslim,” kata Usep. Menurutnya, pembinaan mencetak ilmuan dimulai dengan membentuk pola pikir Islam yang benar. 
Sebut saja, mahasiswa Fisika yang dengan ilmunya suatu saat diharapkan menjadi Ulama besar yang juga faham agama, tak hanya fiskanya saja. Seorang mahasiswa Kimia yang kelak menjadi ilmuan muslim kimia. Juga seorang mahasiswa ekonomi yang kelak akan menjad ekonom besar. Tak hanya ahli bidang tertentu saja, tetapi ahli dalam hal agama.
“Karena itu bagi kami, hal yang paling penting untuk dilakukan untuk membentuk insan yang baik adalah memperbaiki cara berfikirnya dan cara pandanganya, termasuk masalah cara pandang terhadap ilmu dan pendidikan. Perbaikan ini dilakukan melalui pendidikan dan penanaman konsep-konsep penting tentang ilmu, Tuhan, agama, pendidikan, kemajuan, pembangunan, dan lain-lain,” tegas Usep.
Walhasil, gerakan PIMPIN ini difokuskan kepada para pendidik. Tak lain ialah guru, mahasiswa, dosen, dan institusi-institusi pendidikan. Dari sanalah, diciptakan ilmuwan-ilmuwan muslim, seperti halnya zaman kegemilangan Islam. Bahwa pernah ada, seorang saintis yang juga Ulama. Seorang ilmuwan besar, tetapi juga ia seorang Ulama. Karena, hubungan Islam dan ilmu-lmu lainnya adalah saling mendukung.
“Dalam Islam, sains, dan ilmu lainnya ditempatkan dalam tempatnya yang wajar sesuai proporsinya, sesuai wilayahnya. Namun alqur’an dan al-Hadith merupakan sumber ilmu tertinggi yang juga diakui,” ugkapnya. Dengan bimbingan wahyu dan juga keahlian masing-masing, para pendidik berkumpul di PIMPIN Bandung.
Mahasiswa-mahasiswa dengang getol mempelajari Islam tetapi juga sains. Mempelajari politik, tetapi mepelajari juga bahasa arab. Semuanya saling mendukung. Kajian-kajian yang dilakukan PIMPIN di Kampus-Kampus agar semata-mata, para mahasiswa yang kelak menjadi pendidik dan praktis mampu membawa nilai Islam dalam setiap aktivitasnya.

“Melalui pendidikan seperti ini, dengan pertolongan Allah subhanahu wa Ta’ala, kita tidak akan terlampau khawatir meninggalkan generasi yang lemah dan ringkih; kita akan berani meninggalkan generasi penerus kita karena telah mewariskan kepada mereka sesuatu yang akan melindungi mereka di dunia dan akhirat,” Pungkas Usep. Aaminn. Kita doakan bersama-sama.
[rizkilesus]